khutbah #khutbahjumat #khutbahjumatsingkat #khutbahjumatabdulsomadLanjutan kisah kalimat ke 3 sahabat mengucapkan KENAPA TIDAK SEMUANYA. maksudnya Rasululla KhutbahJumat : Mengambil Hikmah Dari Kisah Ibrahim Bin Adham Diposting oleh Unknown di 21.41. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Cerita Inspiratif Penuh Hikmah Jangan Pernah Batal Cerita Inspiratif Hikmah Tentang Berbakti Kepada O Setelah Membandingkan Al Qur'an VS Injil, Annisa S KhutbahJumat Tentang Ikhlas. Khutbah jumat Setiap amal perbuatan manusia butuh ikhlas sebagai pra-syarat diterimanya amal kebaikan tersebut di hadapan Allah swt. ikhlas Khotbah Jumat - Tiga Ibadah Penting Dalam Bulan Ramadhan. Khotbah Jumat - Tiga Ibadah Penting Dalam Bulan Ramadhan إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ Demikiankhutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Khutbah Jumat; Hikmah Ibadah Kurban Khutbah Jum'at: Bahaya Ghibah; March 21, 2022 Tafakur dalam kitab Nashaih Al-'Ibad; Recent Comments. Dudin Samsudin MateriKhutbah Jumat Meraih 5 Hikmah di Balik Sakit. Pemateri: Nofriyanto, M.Ag *) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan. اَلحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ شَرَعَ لِلإِنْسَانِ مَا يَحْـفَظُ صِحَّـتَهُ، وَيَصُوْنُ قُوَّتَهُ، وَيَقِيْهِ سَقَمَهُ وعِلَّتَهُ cara membuat es lilin lembut dan empuk. Momentum khutbah Jumat adalah saat penting mengingatkan umat tentang pesan-pesan ketakwaan, yakni dengan tetap memperhatikan seluruh perintah untuk dilaksanakan dan semua larangan untuk dihindari. Materi khutbah Jumat yang diangkat kali ini lebih dari sekadar menyoroti tentang pentingnya mengindahkan berbagai perintah dan larangan itu sendiri, melainkan sikap Allah di balik perintah dan larangan tersebut, sekecil apa pun bentuknya. Para mustami penyimak khutbah diharapkan meresapi perintah dan larangan bukan soal besar atau kecilnya tapi dari siapa perintah dan larangan itu berasal. Dengan begitu, kita tak akan meremehkan apa pun atau siapa pun karena di balik semua itu hadir ridha, murka, dan anugerah Allah. Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang "Allah Sembunyikan 3 Perkara dalam 3 Perkara". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi Khutbah I الحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ Jamaah Jumat hafidhakumullah, Dalam kehidupan ini ada hal-hal yang tampak secara jelas sehingga setiap orang bisa menyikapinya dengan mudah. Demikian pula ada hal-hal yang tersembunyi sehingga tidak mudah menyikapinya. Jika Allah merahasiakan sesuatu, pasti Allah memiliki maksud tertentu tetapi dengan tujuan yang jelas. Menurut Ali Zainal Abidin bin Husein radhiallahu anhuma, Allah menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara sebagaimana dikutip Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitab Al-Fushul al-Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah sebagai berikut وَقَالَ زَيْنُ اْلعَابِدِيْن عَلِيُّ ابْنُ اْلحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا إنَّ اللهَ خَبَّأَ ثَلَاثًا فِى ثَلَاثٍ خَبَّأَ رِضَاهُ فِيْ طَاعَتِهِ فَلَاتَحْقِرُوا مِنْ طَاعَتِهِ شَيْئاً فَلَعَلَّ رِضَاهُ فِيْهِ، وَخَبَّأَ سُخْطَهُ فِيْ مَعْصِيَتِهِ فَلَا تَحْقِرُوْا مِنْ مَعْصِيَتِهِ شَيْئًا فَلَعَلَّ سُخْطَهَ فِيْهِ، وَخَبّأَ وِلَايَتَه فِي خَلْقِه فَلَا تَحقِرُوْا مِن عِبَادِهِ اَحدًا فَلَعَلهُ وَلِيُّ اللهِ Artinya Ali Zainal Abidin radhiallahu anhuma berkata, “Allah SWT menyembunyikan tiga perkara dalam tiga perkara. Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya, maka jangan remehkan sesuatu pun dari ketaatan kepada-Nya, mungkin di situlah letak ridha-Nya. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam perbuatan maksiat, maka jangan meremehkan sesuatu dari maksiat kepada-Nya, mungkin di situlah letak murka-Nya. Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya, maka jangan meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya, mungkan ia adalah wali-Nya.” lihat Al-Fushul al-Ilmiyyah wal Ushul al-Hikamiyyah, Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, hal. 153. Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut Pertama, Allah menyembunyikan ridha-Nya dalam amal ketaatan kepada-Nya. Perintah-perintah Allah banyak sekali jumlahnya. Dari yang banyak itu mungkin banyak pula yang telah kita laksanakan. Tetapi kita tidak tahu dari amal-amal ketaatan itu manakah yang mendapatkan ridha dari Allah subhau wata’ala karena Allah memang tidak memperlihatkan ridha-Nya atas amal-amal itu kepada hamba-hamba-Nya. Hal tersebut dimaksudkan agar hamba-hamba Allah tidak mudah merasa puas, lalu menyia-nyiakan kesempatan melakukan amal-amal kebaikan lainnya. Oleh karena itu, kita tidak boleh meremehkan suatu amal kebaikan baik yang berat maupun yang ringan, baik yang populer di mata masyarakat maupun yang tidak populer setiap kali ada kesempatan untuk melakukannya. Jangan-jangan Allah justru memberikan ridha-Nya atas amal yang kebanyakan orang menganggapnya remeh temeh. Dalam kaitan ini ada kisah yang sangat penting untuk menjadi rujukan berupa sebuah kisah mimpi yang sangat menarik, yakni kisah tentang bagaimana Imam al-Ghazali bisa masuk surga karena kebaikan yang sepele. Kisah itu sebagai berikut رُؤيَ الغَزَالِيُّ فِى النَّوْمِ فَقِيْلَ لَهُ مَا فَعَلَ اللهُ بِكَ؟، فَقَالَ أَوْقَفَنِي بَيْنَ يَدَيْهِ، وَقَالَ لِي بِمَ قَدَّمْتَ عَلَيَّ؟، فَصَرْتُ أذْكُرُ أَعْمَالِيْ، فَقَالَ لِمَ أَقْبَلُهَا، وَإِنَّمَا قَبِلْتُ مِنْكَ ذَاتَ يَوْمٍ نَزَلَتْ ذُبَابَةٌ عَلَى مِدَادِ قَلَمِكَ لِتَشْرَبَ مِنْهُ وَأَنْتَ تَكْتُبُ فَتَرَكْتَ اْلكِتَابَةَ حَتَّى أَخَذَتْ حَظَّهَا رَحْمَةً بِهَا، ثُمَّ قَالَ تَعَالَى اَمْضُوْا بِعَبْدِيْ إِلَى اْلجَنَّةِ. Artinya Dalam mimpi itu Imam al-Ghazali ditanya seseorang, “Bagaimana perlakukan Allah terhadap engkau? Beliau menjawab, “Allah SWT membawaku ke hadapan-Nya, lalu Allah berfirman kepadaku, “Lantaran apa Aku membawamu ke sisi-Ku? Aku pun menyebutkan berbagai perbuatanku. Dia berfirman, “Kami tidak menerimanya, sesungguhnya yang Kami terima darimu adalah pada suatu hari ada seekor lalat hinggap pada wadah tintamu untuk meminumnya, padahal kamu sedang menulis, lalu kamu menghentikan tulisanmu hingga seekor lalat itu itu selesai meminumnya, kamu lakukan hal itu karena kasihan terhadap lalat tersebut. Kemudian Allah memerintahkan, “Bawalah hamba-Ku ini ke surga.” lihat Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi, Nashaihul Ibad [Surabaya Nurul Huda, tanpa tahun], hal. 3. Jadi kisah di atas menceritakan bahwa Hujjatul Islam Imam al-Ghazali masuk surga bukan karena kitab-kitab yang beliau tulis dalam jumlah sangat banyak, tetapi karena membiarkan seekor lalat masuk ke wadah tinta yang beliau gunakan untuk menulis kitab. Nyamuk itu bermaksud minum karena haus hingga ia puas dan terbang meninggalkan Imam al-Ghazali. Jamaah Jumat hafidhakumullah, Kedua, Allah menyembunyikan murka-Nya atas perbuatan maksiat yang dilakukan hamba-Nya dan bukannya langsung memberikan hukuman atau azab atas kemaksiatan itu. Setiap kemaksiatan menimbulkan murka Allah kepada pelakunya, namun Allah tidak memperlihatkan murka-Nya yang dapat dirasakan langsung oleh pelakunya. Oleh karena itu hendaknya kita tidak mengganggap enteng atas kemaksiatan yang telah kita lakukan betapa pun kecilnya sebab bisa jadi Allah telah sangat murka atas kemaksiatan itu. Hal ini maksudnya agar kita tidak meremehkannya. Apalagi kemaksiatan itu kemudian diikuti dengan kemaksiatan-kemaksiatan lain yang justru menambah murka Allah subhanhu wa ta’ala. Intinya adalah setiap kemaksiatan harus menjadi perhatian kita karena bisa jadi Allah sangat marah atas kemaksiatan itu. Oleh karena itu kita dianjurkan untuk banyak-banyak memohon ampun dengan memperbanyak istighfar agar Allah mengampuni dosa-dosa yang telah kita perbuat, diikuti dengan penyesalan dan bertobat. Jamaah Jumat hafidhakumullah, Ketiga, Allah menyembunyikan para wali-Nya di antara makhluk-Nya. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak meremehkan siapa pun dari hamba-hamba-Nya karena mungkin ia adalah waliyullah. Dengan kata lain kita sesungguhnya tidak perlu mengorek-ngorek apakah seseorang adalah waliyullah atau bukan terutama jika upaya ini hanya akan membuat kita meremehkan orang itu setelah kita meyakini bahwa ia bukan seorang wali. Justru seharusnya ketika Allah sengaja merahasiakan para wali-Nya dari hamba-hamba-Nya, maka kita sebaiknya memiliki keyakinan bahwa setiap orang sebaiknya kita hormati sebab mereka memang pantas dihormati karena kemanusiaannya. Allah sendiri memuliakan mereka sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an sebagai berikut وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا Artinya “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rejeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.” QS. Al-Isra’ 70 Selain itu, agar kita tidak gampang meremehkan orang lain dan justru terdorong untuk menghormatinya, kita perlu meyakini bahwa setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Cara ini lebih menjamin keselamatan kita dari meremehkan orang lain. Sebuah pepatah bahasa Arab menyatakan لَا تَحْتَقِرْ مَنْ دُوْنَكَ لِكُلِّ شَيْئٍ مَزِيَّةٌ. Artinya “Janganlah engkau meremehkan orang lain sebab segala sesuatu atau setiap orang memiliki kelebihannya sendiri yang kita mungkin tidak memilikinya. Pepatah tersebut sejalan dengan firman Allah subhanahu wata'ala di dalam Al-Qur’an sebagai berikut يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” QS. Al Hujurat 11 Jamaah Jumat hafidhakumullah, Sekali lagi, Allah sengaja merahasiakan tiga perkara dalam tiga perkara sebagaimana disebutkan di atas agar manusia bersikap hati-hati dan berbuat adil baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kesemua ini tidak lain adalah demi kebaikan kita masing-masing baik di dunia maupun akhirat. جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta. Baca naskah Khutbah Jumat lainnya Khutbah Jumat Bertawassul dengan Sedekah agar Terhindar dari Wabah Khutbah Jumat Pentingnya Mengendalikan Amarah Khutbah Jumat Larangan Bicara Agama Tanpa Dasar Ilmu - Bismillaahirrahmaanirrahiim.. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُAlhamdulillah..Segala puji bagi Allah pemilik alam semesta beserta isinya. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….Pada hari Jumat kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah salat Jumat yang insya Allah materi yang disampaikan mengenai hidup bahagia menurut Islam baik di dunia dan Jumat Singkat 2021 Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Setiap orang yang ada di dunia pasti ingin hidupnya bahagia, definisi bahagia kalau kita lihat di KBBI yakni keadaan atau perasaan senang dan tenteram bebas dari segala yang menyusahkan baik di dunia maupun di juga bisa diartikan dengan keberuntungan seseorang. Setiap orang memang berbeda-beda bahagianya, karenaya akan berbeda pula cara yang dilakukan untuk mencapai kebahagiaan Al-Qur’an kata bahagia dijelaskan dengan berbagai macam definisi, misalnya sa’adah, di mana itu artinya kebahagiaan yang kekal, atau falah yang berarti kebahagiaan tercapai dengan menemukan apa yang dicari. Jika kita berpedoman pada Al-Qur'an, seperti dikutip dari laman Muhammadiyah, maka Allah membagi orang-orang yang bahagia menjadi enam macam, yakni Orang yang khusyuk dalam salatnya. Orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna. Orang yang menunaikan zakat. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali terhadap istri atau budak yang dimilikinya. Orang yang memelihara amanah dan janji yang dipikulnya. Orang yang memelihara salatnya. Hal ini seperti Allah jelaskan dalam al-Qur’an surah Al Mu’minun ayat اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِقَدۡ اَفۡلَحَ الۡمُؤۡمِنُوۡنَۙQad aflahal mu'minuun1. Sungguh beruntung orang-orang yang beriman,الَّذِيۡنَ هُمۡ فِىۡ صَلَاتِهِمۡ خَاشِعُوۡنَAllaziina hum fii Salaatihim khaashi'uun2. yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ عَنِ اللَّغۡوِ مُعۡرِضُوۡنَۙWallaziina hum 'anillaghwimu'riduun3. dan orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ لِلزَّكٰوةِ فَاعِلُوۡنَۙWallaziina hum liz Zakaati faa'iluun4. dan orang yang menunaikan zakat,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ لِفُرُوۡجِهِمۡ حٰفِظُوۡنَۙWallaziina hum lifuruu jihim haafizuun5. dan orang yang memelihara kemaluannya,اِلَّا عَلٰٓى اَزۡوَاجِهِمۡ اَوۡ مَا مَلَـكَتۡ اَيۡمَانُهُمۡ فَاِنَّهُمۡ غَيۡرُ مَلُوۡمِيۡنَ‌ۚ‏Illaa 'alaaa azwaajihim aw maa malakat aimaanuhum fa innahum ghairu maluumiin6. kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak ابۡتَغٰى وَرَآءَ ذٰ لِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡعٰدُوۡنَ‌Famanib taghaa waraaa'a zaalika fa ulaaa'ika humul 'aaduun7. Tetapi barang siapa mencari di balik itu zina, dan sebagainya, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui هُمۡ لِاَمٰنٰتِهِمۡ وَعَهۡدِهِمۡ رَاعُوۡنَWallaziina hum li amaanaatihim wa 'ahdihim raa'uun8. Dan sungguh beruntung orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,وَالَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَوٰتِهِمۡ يُحَافِظُوۡنَ‌ۘWallaziina hum 'alaa Salawaatihim yuhaafizuun9. serta orang yang memelihara هُمُ الْوٰرِثُوْنUlaaa'ika humul waarisuun10. Mereka itulah orang yang akan mewarisi,الَّذِيۡنَ يَرِثُوۡنَ الۡفِرۡدَوۡسَؕ هُمۡ فِيۡهَا خٰلِدُوۡنَAllaziina yarisuunal Firdawsa hum fiihaa khaaliduun11. yakni yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalam surah lainnya Allah SWT berfirmanمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ Artinya “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” QS an-Nahl 97.Baca juga Apa Misi Dakwah Nabi Muhammad dalam Menyebarkan Islam? Ayat-ayat Al-Qur'an Tentang Rendah Hati dan Makna Sikap Bertawadhu Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Imam al-Qurtubi menjelaskan dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi juz 10 halaman 174 bahwa terdapat beberapa tanda hidup bahagia Pertama adalah rezeki yang halal. Dengan rezeki yang halal dapat membuat hidup menjadi bahagia dan berkah, segala urusan menjadi mudah, keluarga penuh sakinah, mawaddah, dan rahmah, putra-putrinya saleh dan salehah, jiwa raga semangat untuk ibadah, harta melimpah ruah, bisa digunakan untuk haji dan umrah ke Makkah, serta ziarah Nabi Muhammad saw di Madinah, dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Kedua, qanaah, ridha dengan pemberian Allah. Seseorang yang memiliki uang banyak, jabatan yang tinggi, harta yang melimpah ruah, namun tidak memiliki sifat qanaah, ia akan selalu kurang, serakah, rakus, dan tentunya hidupnya tidak bahagia. Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan qanaah oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya. HR. MuslimBagaimana agar kita bisa qanaah? Baginda Rasulullah kemudian bersabda lagi dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim“Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian HR. Muslim. Ketiga, taufiquhu ilath-thâat, yakni mendapatkan pertolongan Allah untuk melakukan kebaikan, ibadah, dan taat kepada Allah Surah Muhammad Allah SWT berfirmanيٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِنۡ تَـنۡصُرُوا اللّٰهَ يَنۡصُرۡكُمۡ وَيُثَبِّتۡ اَقۡدَامَكُمۡYaaa ayyuhal laziina aamanuuu in tansurul laaha yansurkum wa yusabbit aqdaamakumWahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS. Muhammad 7Keempat, halâwah thâât, yaitu merasakan manisnya ibadah dan taat kepada Allah Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari yang artinya “Ada tiga orang yang dapat menemukan manisnya keimanan 1 orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul dibanding selainnya, 2 orang yang mencintai seseorang karena Allah, 3 orang yang membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dimasukkan ke neraka."Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,Jiwa syukur dan sabar adalah kunci yang membuat seseorang bisa bahagia. Sejatinya, kebahagiaan bukan terletak pada apa yang sudah dimiliki secara materi, melainkan pada apa yang sudah dimiliki oleh untuk kebahagiaan akhirat misalnya bisa didefinisakan seperti meninggal dalam keadaan husnul khatimah, disambut malaikat rahmat, mendapatkan ampunan dan jaminan surga, bisa berkumpul di surga, hingga mendapatkan rida dari Allah kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah agar kita menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat. Aamin allahumma Aamiin. Baca juga Cara Tetap Bahagia & Kesehatan Mental Terjaga di Tengah Pandemi Meningkatkan Imun Tubuh sekaligus Menikmati Kebahagiaan Khutbah Jumat Singkat 2021 Makna Bersabar dalam Setiap Kondisi - Sosial Budaya Penulis Dhita KoesnoEditor Addi M Idhom JAKARTA, - Teks khutbah Jumat menyentuh hati mengenai kisah gagalnya ulama naik haji bisa menjadi referensi khatib dalam pelaksanaan shalat merupakan salah satu syarat sah dalam sholat Jumat yang dilakukan dua kali dipisah dengan duduk sebentar. Bagi jamaah, wajib untuk mendengarkan khutbah agar pahala ibadah shalat Jumat tidak sia-sia. Baca Juga Rasulullah SAW bersabdaإذا قلت لصاحبك يوم الجمعة أنصت والإمام يخطب فقد لغوت Baca Juga Artinya “Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jum’at, diam dan perhatikanlah’, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka engkau telah berbuat sia-sia.” HR. Al-Bukhari [934].Sebagaimana diketahui, ibadah haji wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi syarat. Ibadah haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup. Dilansir dari laman Kemenag, berikut teks khutbah Jumat menyentuh hati tentang kisah ulama yang gagal naik Iالحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي الْمَالِ حَقًّا لِلْفُقِيْرِ وَالمِسْكِيْنِ وَسَائِرِ اْلمُحْتَاجِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُMa’asyirol muslimin rahimakumullahSegala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam ayatيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَArtinya “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” QS. Ali Imran 102Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Ma’asyirol muslimin rahimakumullahDalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi dikisahkan, suatu hari seorang ulama zuhud Abdullah bin Mubarak berangkat menuju Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji. Namun, ketika ia sampai di kota Kufah, perjalanannya terhenti beberapa saat hingga dirinya batal menunaikan ibadah haji. Editor Kastolani Marzuki Halaman 1 2 3 4 Follow Berita iNewsMaluku di Google News By Selasa, 24 Mei 2022 pukul 217 pmTerakhir diperbaharui Jumat, 27 Mei 2022 pukul 932 amTautan Kisah-Kisah Penuh Hikmah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Furqan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 22 Syawal 1443 H / 23 Mei 2022 M. Kajian sebelumnya Faedah-Faedah Kisah Luqman Al-Hakim Ceramah Agama Islam Tentang Kisah-Kisah Penuh Hikmah Hikmah adalah karunia Allah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada siapa yang Allah kehendaki. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا “Dan barangsiapa yang diberikan hikmah, maka sesungguhnya dia telah diberikan kebaikan yang besar.” QS. Al-Baqarah[2] 269 Luqman Al-Hakim adalah seorang manusia yang dipandang biasa saja oleh manusia yang lain, bahkan hanya dianggap sebagai pengembala kambing. Tapi beliau Allah angkat derajatnya karena Allah berikan Al-Hikmah. Ada seorang laki-laki yang melewati Luqman kemudian manusia berkumpul disisi Luqman untuk mengambil hikmahnya. Laki-laki tersebut bertanya kepada Luqman “Bukankah engkau budaknya Bani Fulan?” Kemudian Luqman berkata “Iya.” Laki-laki tersebut bertanya “Bukankah engkau yang menggembala di gunung ini?” Kemudian Luqman berkata “Iya.” Orang itu bertanya lagi “Apa yang membuat engkau menduduki derajat seperti ini?” Kemudian beliau menjawab “Dengan bertakwa kepada Allah, jujur dalam berbicara, menunaikan amanah dan tidak berbicara tentang hal yang tidak bermanfaat bagi diriku.” Dengan ini Luqman disebut dengan Al-Hakim. Dengan ini beliau dianugerahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Al-Hikmah. Dan Al-Qur’an serta hadits Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam semuanya mengandung hikmah. Oleh karena itu kalau kita ingin mendapatkan hikmah, maka hendaknya kita kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah. Kisah Abdullah bin Ubay bin Salul Contoh hikmah yang lain adalah ketika Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam melarang sahabat membunuh Abdullah bin Ubay bin Salul kepalanya kaum munafik. Dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dia berkata bahwa ketika terjadi perselisihan antara seorang dari kalangan Muhajirin dan seorang dari kalangan Anshar, kemudian setiap satu dari orang tersebut memanggil jamaahnya. Ibnu Salul berkata “Apakah dia telah memanggil kami? Apabila kami pulang ke Madinah niscaya orang yang paling mulia akan mengusir orang yang hina.” Maksudnya yang mulia adalah dia dan yang hina adalah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini adalah perkataan yang mungkar. Umar Radhiyallahu Anhu berkata “Tidakkah kita bunuh Ibnu Salul ini?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata لا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أنَّه كانَ يَقْتُلُ أصْحَابَهُ “Tidak, supaya manusia tidak berbicara bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membunuh sahabatnya.” Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak membolehkan Umar bin Khattab membunuh Ibnu Salul karena khawatir manusia berbicara tidak benar tentang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Jika ini terjadi tentu mudharatnya lebih besar lagi. Inilah hikmah yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Seandainya manusia berbicara bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam membunuh sahabatnya, maka ini akan menghalangi manusia masuk Islam. Padahal perkataan Ibnu Salul adalah perkataan yang sangat mungkar. Tapi Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menahan diri. Perjanjian Hudaibiyah Contoh hikmah yang lain adalah ketika perjanjian Hudaibiyah yang terjadi pada tahun 6 H. Dimana Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin melaksanakan umrah. Disaat itu kaum muslimin sedikit. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta para sahabat berangkat menggunakan kain ihram dari Dzul Hulaifah ke Mekah. Sampai di Hudaibiyah mereka dihadang. Suhail bin Amr utusan Quraisy ingin agar Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mengalah untuk sebagian hal. Dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa heran. Dan sahabat bisa saja melakukan sesuatu apabila Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkannya. Ketika Suhail bin Amr datang, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam optimis. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata لقَدْ سَهُلَ لَكُمْ مِن أمْرِكُمْ “Perkara kalian akan mudah.” Isi perjanjian Hudaibiyah jika dilihat secara kasat mata terlihat merugikan kaum muslimin. Lalu bagaimana hikmah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengalah dalam perjanjian ini? Mari Download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini. Download MP3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Mari turut membagikan link download kajian yang penuh manfaat ini ke jejaring sosial Facebook, Twitter atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Jazakumullahu Khairan. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook Allah menetapkan khutbah dalam shalat Jumat untuk mengingatkan umat Islam perihal urusan dunia dan akhiratnya. Karena itu, khatib seharusnya tidak hanya menyinggung perihal surga dan neraka saja, namun juga setiap hal yang berfaedah, sekalipun bersifat duniawi. Shalat Jumat merupakan salah satu ibadah wajib yang dilaksanakan setiap pekan sekali. Semua umat Islam yang sudah baligh, berakal, pintar, berdomisili tetap, diwajibkan untuk menunaikan ibadah tersebut. Selain untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan memanen pahala dari-Nya di hari yang mulia, ibadah satu ini juga menjadi momentum pertemuan di antara umat Islam. Mereka yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaan, dan kesibukan lainnya, akan berhenti sejenak untuk melaksanakan shalat Jumat dengan cara berjamaah. Shalat Jumat sendiri memiliki beberapa syarat yang harus dipenuhi, di antaranya 1 dilakukan di waktu Dzuhur; 2 dilakukan di pemukiman; 3 berjamaah; 4 terdiri dari 40 jamaah; 5 dua khutbah Jumat; dan beberapa syarat lainnya. Dalam kesempatan ini, penulis akan menjelaskan hikmah di balik adanya syarat khutbah dalam shalat Jumat. Sebab, shalat-shalat wajib yang tidak bisa sah tanpa adanya khutbah hanyalah shalat Jumat, bukan yang lainnya. Secara etimologis, khutbah adalah ungkapan-ungkapan yang disampaikan oleh seorang pembicara khatib kepada orang-orang dengan bahasa yang lugas. Sedangkan khutbah secara terminologis adalah sebuah pidato berisikan nasehat yang disampaikan seorang pembicara kepada banyak pendengar dengan bahasa yang fasih dan lugas. Mausu’ah Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, [Mesir, Dârus Shafwah 1427], juz XIX, halaman 176. Sebagaimana yang telah dijelaskan, shalat Jumat tidak sah jika tanpa khutbah. Karena itu, sudah seharusnya bagi semua umat Islam untuk memperhatikannya, mulai dari rukun, dan syarat-syaratnya. Sebab, jika khutbah tidak sah, maka shalat juga tidak sah. Namun demikian, khutbah tidak hanya berlaku sebagai syarat sah shalat Jumat. Lebih dari itu terdapat hikmah yang sangat istimewa di dalamnya. Bahkan, Allah tidak menjadikan khutbah sebagai syarat sahnya shalat kecuali di waktu shalat Jumat. Salah satu ulama Al-Azhar Mesir, Syekh Ali Ahmad al-Jurjawi dalam kitabnya mengatakan bahwa sifat manusia pada umumnya adalah condong pada kejelekan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعاً 19 إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعاً 20 وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعاً 21 Artinya, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan harta dia jadi kikir.” QS Al-Ma’arij19-21. Karena itu, Allah menetapkan adanya khutbah dalam shalat Jumat untuk mengingatkan umat Islam kembali perihal urusan dunia dan akhiratnya. Mereka berkumpul di satu tempat untuk sama-sama mendengarkan nasehat yang disampaikan oleh khatib, sehingga perbuatannya bisa manjadi baik dan kuat akidahnya. Karena itu, khatib seharusnya tidak hanya menyinggung perihal surga dan neraka saja, namun juga setiap hal-hal yang berfaedah, sekalipun berupa dunia لَقَدْ كَانَ السَّلَفُ الصَّالِحِ لَا يَقْتَصِرُوْنَ عَلَى التَّبْشِيْرِ بِالْجَنَّةِ وَالتَّحْذِيْرِ مِنَ النَّارِ وَكُلِّ مَا هُوَ مُتَعَلِّقٌ بِأَمْرِ الْأَخِرَةِ، بَلْ كَانُوْا يَشْرَحُوْنَ لِلْمُصَلِّيْنَ كُلَّ مَا فِيْهِ فَائِدَةٌ دُنْيَوِيَةٌ أَوْ أُخْرَوِيَةٌ تَعُوْدُ عَلَيْهِمْ Artinya, “Para ulama salafus shalih tidak hanya menyampaikan nasehat kebahagiaan perihal nikmat surga, atau nasehat menakutkan perihal neraka, dan hal lain yang berhubungan dengan neraka saja, tetapi juga menjelaskan kepada orang-orang yang shalat jamaah perihal setiap sesuatu yang di dalamnya terdapat faedah, bagi dunia dan akhirat mereka.” كَانَ الْخَطِيْبُ فِي صَدْرِ الْاِسْلَامِ يَقِفُ عَلَى الْمِنْبَرِ وَيَشْرَحُ الدَّاءَ الَّذِيْ أُصِيْبَتْ بِهِ جمَاعَةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَيَصِفُ الدَّوَاءَ بِصُوْرَةٍ مُؤَثِّرَةٍ. فَاِذَا كَانَ الْجِهَادُ شُرِحَ لَهُمْ ثَوَابَ الْكِرَامِ الْمُحْسِنِيْنَ، وَاِذَا كَانَتْ هُنَاكَ فِتَنٌ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ شُرِحَ لَهُمْ مَا يُوْطِدُ دَعَائِمَ الْأَمْنِ فِي الْبِلَادِ وَهَدَاهُمْ اِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَاِلَى صَلَاحِ أَمْرَيْ الدُّنْيَا وَالْأَخِرَةِ Artinya, “Khatib di awal Islam berdiri di atas mimbar dan menjelaskan kepada jamaah perihal penyakit yang menimpa mereka, kemudian menjelaskan obatnya dengan cara yang sangat menggugah. Jika sedang terjadi jihad, maka dijelaskan kepada mereka tentang balasan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan. Jika terjadi fitnah perseteruan, maka dijelaskan kepada mereka pilar-pilar keamanan negara, dan mengajak mereka pada jalan yang lurus dan pada kebaikan dunia dan akhirat.” Syekh al-Jurjawi, Hikmatut Tasyrî’ wa Falsafatuh, [Maktabah at-Taufiq, Darul Fikr 1997], juz I, halaman 90-91. Demikian adanya hikmah khutbah dalam shalat Jumat. Seolah, Allah hendak memberikan peringatan kepada umat Islam dalam setiap pekan satu kali melalui khutbah yang disampaikan dalam shalat Jumat. Hal itu untuk manjadi nasehat agar umat Islam masih sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, baik dalam berbuat, berkata, dan yang lainnya. Wallahu A’lam bisshawab. Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.

khutbah jumat kisah penuh hikmah