Pembentukantulang pertama kali terjadi pada masa embrio. Saat masa embrio,rangka tubuh masih berupa tulang rawan yang terbentuk dari sel-sel mesenkim. Proses pembentukan tulang terjadi terus menerus dan mengakibatkan bertambah besarnya ukuran tulang. Sel yang berperan dalam proses pembentukan tulang adalah osteoblas dan osteoklas. Osteoblas
9Perbedaan tulang rawan dan tulang keras. Proses pembentukan tulang pada tubuh manusia dimulai ketika manusia masih berupa embrio berusia enam atau tujuh minggu dalam rahim ibu. Tulang adalah rangka atau bagian rangka tubuh manusia. Berdasarkan Encyclopedia Britannica (2015), susunan tulang membentuk tubuh dari atas hingga bawah, mulai
Pertumbuhandan Perkembangan Tulang. Pada awal adanya janin,semua tulang terbentuk dari tulang rawan yang mana tulang ini relative mudah sekali untuk berubah secara bertahap dapat berubah menjadi keras karena proses pembentuakn tulang ( osifikasi ) pembentukan tulang ini dibagi menjadi 2 peristiwa yang penting yaitu penyerapan
8 Saat perkembangan embrio, rangka tubuh masih berupa tulang rawan. Selanjutnya rongga dalam tulang rawan tersebut akan terisi oleh sel-sel pembentuk tulang yang disebut .
Adapuntulang rawan sendiri, tersusun atas kumpulan sel tulang rawan atau kondosit yang menghasilkan matriks ekstraseluler yang berupa serat pada substansi dasarnya. Tulang rawan ini juga merupakan tulang penyusun rangka manusia sementara pada embrio sebelum nantinya akan digantikan dengan tulang sejati secara bertahap.
cara membuat es lilin lembut dan empuk.
Beberapa tulang yang mengorganisasikan rangka tubuh manusia saat kita bayi yakni sekitar 270 tulang. Akan tetapi, sesudah ketika kita dewasa jumlah tulang tersebut akan menyusut sekitar 206 tulang. Walaupun jumlah tulang saat kita bayi lebih banyak, tetapi biasanya tulang bayi belum berperan dengan komplet untuk membantu tubuhnya. Tulang bayi harus melewati proses pembentukan tulang osifikasi supaya bisa berperan seperti semestinya. Lebih kompletnya, Osifikasi ialah prosedur dimana organ mesenkim dan kartilago diganti berupa tulang selama perkembangan. Prosedur pembentukan tulang berlangsung pada masa embrio. Saat, masih dalam bentuk embrio, rangka tubuh terdiri atas tulang rawan yang terjadi dari organ-organ mesenkim. Proses pembentukan tulang berlangsung secara berkepanjangan dan menimbulkan meningkat besarnya ukuran tulang. Organ yang berfungsi dalam proses pembentukan tulang ialah osteoblas dan osteoklas. Osteoblas ialah sel pembentuk tulang keras yang ada dalam tulang rawan, osteoblas tersebut menyimpan membran disekitarnya dengan membentuk organ tulang secara konsentris. Setiap organ tulang akan mengitari pembuluh darah dan serat saraf membentuk sistem Havers. Selanjutnya, di sekitar tulang tersebut akan terwujud larutan protein pembentuk kerangka tulang yang akan memadat karena terbentuk garam kapur dan garam fosfat.
Pada langkah berikutnya, sel osteoblas mulai mengeluarkan atau menghasilkan serat berupa protein yang membentuk matriks tulang atau osteoid. Setelah itu, osteoid akan menyatu dengan kalsium untuk membentuk tulang berkalsium. Tulang yang sudah dikalsifikasi ini akan menyerap sel-sel osteoblas dan mengubah bentuknya menjadi osteosit. 3. Periosteum and Weaving Langkah berikutnya, osteoid diletakkan secara acak di sekitar pembuluh darah terus-menerus. Kemudian, struktur yang disebut dengan trabeculae terbentuk di sekitar pembuluh darah dan ditemukan pori-pori pada lokasi pembuluh darah, sehingga membentuk tulang spongiosa. Sementara itu, pembuluh darah yang berada di luar tulang spongiosa menjadi padat dan berubah bentuk menjadi periosteum. 4. Pembentukan tulang keras Langkah selanjutnya pada pembentukan tulang keras dengan tipe osifikasi intermembran adalah pembentukan tulang keras. Saat trabeculae menebal di dalam tulang spongiosa, sel-sel osteoblas yang terdapat di sekelilingnya akan terus membentuk osteoid. Osteoid nantinya akan mengeras dan membentuk tulang keras di sekitar tulang spongiosa. Selama proses ini berlangsung, sumsum tulang merah akan mulai bermunculan pada lokasi pembuluh darah di rongga-rongga spongiosa. Osifikasi endokondral Menurut Seer Training Module oleh National Cancer Institute, proses pembentukan tulang tipe osifikasi endokondral melibatkan penggantian model tulang rawan dengan tulang biasa. Proses ini biasanya terjadi pada tulang panjang, contohnya tulang tungkai. Sebagian besar tulang pada kerangka tubuh manusia terbentuk menggunakan osifikasi endokondral, oleh sebab itu tulang-tulang yang melalui proses pembentukan ini disebut tulang endokondral. Pada proses pembentukan ini, tulang akan terbentuk dari model tulang lunak hialin. Selama kurun waktu tiga bulan setelah pembuahan, perikondrium yang mengelilingi model tulang rawan hialin berinfiltrasi dengan pembuluh darah dan osteoblas, kemudian berubah menjadi periosteum. Sel osteoblas membentuk bone collar pada tulang keras di sekitar diafisis. Di saat yang bersamaan, tulang rawan di tengah diafisis mulai perlahan hancur. Osteoblas, kemudian, menembus tulang rawan yang hancur dan menggantikannya dengan tulang spongiosa. Hal tersebut menyebabkan pembentukan pusat osifikasi primer. Proses osifikasi akan berlanjut dari pusat ini menuju ke ujung tulang. Setelah tulang spongiosa terbentuk pada diafisis, sel-sel osteklas akan memecah tulang yang baru terbentuk untuk membuka rongga medular. Berikut adalah langkah-langkah yang terjadi dalam proses pembentukan tulang dengan osifikasi endokondral 1. Pembentukan periosteum collar Pada langkah ini, periosteum terbentuk di sekitar tulang rawan hialin. Lalu, sel osteogenik dibedakan menjadi osteoblas. Sel osteoblas ini kemudian mengeluarkan cairan serat berupa protein di luar tulang rawan yang disebut dengan osteoid. Hasil akhir dari langkah ini adalah terbentuknya bone collar pada bagian luar tulang rawan. 2. Pembentukan rongga Saat bone collar terbentuk, tulang rawan yang terdapat pada pusat akan mengalami osifikasi atau proses pembentukan tulang. Tulang rawan yang menjadi pusat ini disebut sebagai pusat osifikasi utama. Proses pengerasan tulang ini menyebabkan bagian dalam dari tulang rawan tidak berhasil untuk ditembuh oleh difusi nutrisi. Alhasil, bagian dalam dari tulang rawan perlahan mulai memburuk dan rongga-rongga pun mulai terbentuk. 3. Invasi vaskular Kemudian, pembuluh darah yang terdapat di dalam periosteum akan melalui atau melewati tulang keras dari bone collar dan memasuki rongga dalam tulang rawan. Rongga yang dilewati oleh pembuluh darah disebut sebagai foramen nutrisi. Ada banyak komponen lain masuk melalui foramen nutrisi seperti saraf, limfatik, osteoklas, osteoblas, nutrisi dan lain-lain. Kemudian, tulang rawan yang tersisah akan dipecah oleh osteoklas dan osteoblas mengeluarkan trabaculae atau tulang spongiosa. 4. Elongasi Saat pembuluh darah, osteoklas, dan osteosit terus menyerang tulang, poros tulang akan mulai memanjang. Alhasil, rongga meduler terbentuk dan diafisis perlahan memanjang selama proses perkembangan embrio. Tak hanya itu, pembuluh darah berkembang ke tulang rawan hialin di ujung epifisis tulang panjang membentuk pusat osifikasi sekunder. 5. Osifikasi epifisis Hal ini hampir sama dengan dengan invasi vaskular. Hanya saja, yang terbentuk bukanlah tulang keras melainkan tulang spongiosa. Selain itu, tulang rawan hialin juga tertinggal di ujung tulang disebut sebagai tulang rawan artikular dan piringan epifisis terbentuk. Tulang rawan artikular dan piringan epifisis adalah dua hal yang masih tersisa dari model tulang rawan hialin yang asli. Proses pertumbuhan tulang manusia Setelah memahami proses pembentukan tulang, kini saatnya Anda memahami proses pertumbuhannya. Pada dasarnya, proses pertumbuhan tulang hampir sama dengan proses osifikasi endokondral. Pada saat itu, tulang rawan yang berada pada piringan epifisis terus tumbuh dengan cara mitosis. Sementara, kondrositis yang terdapat di samping diafisis akan menua dan mengalami kerusakan. Lalu, sel osteoblas bergerak atau berpindah dan menyebabkan ofisikasi atau mengeraskan matriks untuk membentuk tulang. Proses ini akan terus berlangsung sejak Anda masih anak-anak dan remaha hingga pertumbuhan tulang rawan melambat dan akhirnya benar-benar berhenti. Saat pertumbuhan tulang rawan berhenti pada usia dua puluhan, piringan atau lempeng epifisis akan sepenuhnya mengeras. Hal ini menyisakan garis epifisis tipis dan tulang sudah tidak bisa lagi tumbuh atau memanjang. Pertumbuhan tulang berada di bawah pengaruh hormon pertumbuhan dari kelenjar pituitari anterior dan hormon seks yang berasal dari testis dan ovarium.
Tulang menjadi semakin kaku dan tumbuh lebih besar selama perkembangan janin, masa kanak-kanak, dan remaja. Ketika rangka menjadi matang yang tercapai pada usia 20 tahunan, tidak ada pertumbuhan tambahan panjang tulang yang dapat terjadi. Bagaimana tulang dapat tumbuh? Tulang adalah struktur yang keras. Jadi bagaimana mereka tumbuh? Nah, tulang adalah jaringan hidup. Mereka memiliki suplai darah. Anda secara konsisten membuat tulang baru. Bahkan, kerangka manusia diganti setiap 7-10 tahun. Tapi bagaimana tulang tumbuh? Artikel berikut akan menjelaskan dari mana tulang berasal. Pertumbuhan dan Perkembangan Tulang Pada awal perkembangan janin manusia, kerangka seluruhnya terbuat dari tulang rawan. Tulang rawan yang relatif lunak secara bertahap berubah menjadi tulang keras melalui osifikasi. Ini adalah proses di mana deposit mineral menggantikan tulang rawan. Seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah, osifikasi tulang panjang, yang ditemukan di lengan dan kaki, dimulai di pusat tulang dan terus ke arah ujung. Saat kelahiran, beberapa daerah tulang rawan tetap dalam kerangka, termasuk plat pertumbuhan pada ujung tulang panjang. Tulang rawan ini tumbuh sebagai tulang panjang, sehingga tulang dapat terus meningkat panjang selama hidup. Manusia memiliki rangka tubuh ketika dalam tahap perkembangan embrio. Rangka tubuh dalam masa embrio masih berupa tulang rawan kartilago. Kartilago dibentuk oleh sel-sel mesenkim. Di dalam kartilago tersebut akan diisi oleh osteoblas. Osteoblas merupakan sel-sel pembentuk tulang keras. Osteoblas akan mengisi jaringan sekelilingnya dan membentuk osteosit sel-sel tulang. Sel-sel tulang dibentuk secara konsentris dari arah dalam ke luar. Setiap sel-sel tulang akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers. Selain itu, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang. Matriks tulang akan mengeras karena adanya garam kapur CaCO3 dan garam fosfat Ca3PO42. Di dalam tulang terdapat sel-sel osteoklas. Sel-sel ini berfungsi menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak dan dihancurkan. Adanya aktivitas sel osteoklas, tulang akan berongga. Rongga ini kelak akan berisi sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga sedangkan osteoblas terus membentuk osteosit baru ke arah permukaan luar. Dengan demikian, tulang akan bertambah besar dan berongga. Proses pembentukan tulang keras disebut osifikasi. Proses ini dibedakan menjadi dua, yaitu osifikasi intramembranosa dan osifikasi intrakartilagenosa. Osifikasi intramembranosa disebut juga penulangan langsung osifikasi primer. Proses ini terjadi pada tulang pipih, misalnya tulang tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak akan terulang lagi untuk selamanya. Contoh osifikasi intrakartilagenosa adalah pembentukan tulang pipa. Osifikasi ini menyebabkan tulang bertambah panjang. Perhatikan Gambar dibawah. Osifikasi intra membrane Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intrammebrane. Langkah-langkah osifikasi intramembran, yakni Tulang spons mulai meningkat di inti osifikasi yakni lokasi dalam selaput. Sumsum tulang merah terwujud dalam jaringan spons, disertai dengan pembentukan tulang keras pada bagian luarnya. Osifikasi endokondral Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago jaringan rawan lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggungjawab pada pembentukan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel tulang osteoblas aktif membelah dan muncul di bagian tengah dari tulang rawan yang disbeut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada mtariks tulang. Langkah-langkah osifikasi endokondral, yaitu Pada inti proses pembentukan tulang primer, tulang rawan hialin remuk dengan membentuk rongga. Kuntum periosteum yang terdiri atas osteoblas, osteklas, sumsum merah, saraf dan pembuluh darah limfa mendatangi rongga. Osteoblas memperoleh membran tulang spons. Osteoklas membelah membran tulang spons yang baru terwujud lalu menata rongga medula. Rongga medula akan semakin besar saat menjejaki penyaluran inti osifikasi primer pada bagian ujung tulang. Tulang rawan akan diubah oleh membran tulang keras pada bagian luar tulang. Inti osifikasi sekunder terwujud dibagian epifisis dalam tulang panjang. Kuntum periosteum terwujud, tetapi membran tulang spons yang kemudian meningkat tidak diubah oleh rongga medula. Tulang rawan yang tertinggal di luar epifisis akan membentuk tulang rawan persendian. Sementara tulang rawan yang tertinggal diantara inti peningkatan osifikasi primer dan sekunder yang akan membesar membentuk pipih epifisis. Gambar Proses pembentukan tulang Sel-sel osteoblas juga menempati jaringan pengikat yang ada di sekeliling rongga. Sel-sel tulang ini mengelilingi saluran haversi yang berisi pembuluh darah kapiler arteri, vena, dan serabut saraf membentuk satu sistem yang disebut sistem havers. Pembuluh darah sistem havers mengangkut zat fosfor dan kalsium menuju matriks sehingga matriks tulang menjadi keras. Kekerasan tulang diperoleh dari kekompakan sel-sel penyusun tulang. Apabila matriks tulang berongga, maka akan membentuk tulang spons, contohnya tulang pipih. Sedangkan, jika matriks tulang menjadi padat dan rapat, maka akan terbentuk tulang keras atau tulang kompak, contohnya tulang pipa. Tulang pipa berbentuk tabung dengan kedua ujung membulat. Sebagian besar terdiri atas tulang kompakta dan sedikit tulang spongiosa serta sumsum tulang pada bagian dalamnya. Rongga sumsum tulang dan rongga tulang spongiosa mengandung sumsum tulang kuning terdiri atas sel lemak dan sumsum tulang merah tempat pembentukan sel darah merah. Proses osifikasi pada tulang pipa terjadi dalam beberapa tahap, yaitu Penulangan diawali dari tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas. Bagian yang paling banyak mengandung osteoblas adalah epifisis dan diafisis. Terjadi perkembangan pusat osifikasi primer yang disertai dengan perluasan bone collar. Pada bagian sentral tulang terjadi perombakan sel-sel tulang reabsorpsi tulang sehingga pembuluh darah mulai masuk dan terbentuk rongga sumsum tulang. Pembentukan pusat osifikasi sekunder muncul pada setiap epifisis. Osifikasi sekunder ini menyebabkan pemanjangan tulang. Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6 – 7 minggu dan berlangsung sampai dewasa sekitar umur 30-35 tahun. Berikut adalah gambaran pembentukan tulang Dari grafik, massa tulang mulai tumbuh sejak usia 0. Sampai usia 30-35 tahun tergantung indvidu pertembuhan tulang berhenti, dan tercapai puncak massa tulang. Puncak massa tulang belum tentu bagus, tapi di umur itulah tercapai puncak massa tulang manusia. Bila dari awal proses pertumbuhan asupan kalsium selalu terjaga, maka tercapailah puncak massa tulang yang maksimal. Tapi bila dari awal pertumbuhan tidak terjaga asupan kalsium serta gizi yang seimbang, maka puncak massa tulang tidak masimal. Pada usia 0-30/35 tahun, disebut modeling tulang karena pada massa ini tercipta atau terbetuk model tulang seseorang. Sehingga lain orang, lain pula bentuk tulangnya. Pada usia 30-3 tahun, pertumbuhan tulang sudah selesai, disebut remodeling dimana modeling sudah selesai tinggal pergantian tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda. Secara alami, setelah pembetukan tulang selesai, maka akan terjadi penurunan massa tulang. Hal ini bisa dicegah dengan menjaga asupan kaslium setelah tercapainya ouncak massa tulang. Dengan supan kalsium 800-1200 mg per hari, puncak massa tulang ini bisa dipertahankan. Tujuannya adalah untuk mencegah penurunan massa tulang, dimana penurunan massa tulang ini akan mengakibatkan berkurangnya kepadatan tulang, dan tulang akan mengalami osteoporosis. Osteoporosis lebih baik dicegah dengan cara asupan kalsium yang cukup setelah usia 30 atau 35 tahun. Pada remaja akhir atau awal dua puluhan, seseorang mencapai kematangan tulang. Pada saat itu, semua tulang rawan telah digantikan oleh tulang, sehingga mungkin tidak ada pertumbuhan panjang tulang lebih lanjut. Namun, tulang masih dapat meningkatkan ketebalan. Hal ini dapat terjadi sebagai respons terhadap aktivitas otot yang meningkat, seperti latihan beban. Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi, yaitu pergantian tulang-tulang yang sduah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda, proses ini berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa tulang. Setelah terbentuk puncak massa tulang, tulang masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yang masih muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap untuk diganti lebih banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila keadaan ini berjalan terus menerus, maka akan terjadi osteoporosis. Ringkasan Tulang menjadi semakin kaku dan tumbuh lebih besar selama perkembangan janin, masa kanak-kanak, dan remaja. Ketika rangka menjadi matang yang tercapai pada usia 20 tahunan, tidak ada pertumbuhan tambahan panjang tulang yang dapat terjadi.
Skip to content Proses Pembentukan Tulang Pada Manusia – Tulang merupakan komponen penting pada tubuh manusia karena tulang merupakan tempat meletakkan otot dan membentuk bentuk tubuh. Tulang pada manusia mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Pembentukan tulang pertama kali terjadi pada masa embrio. Saat masa embrio,rangka tubuh masih berupa tulang rawan yang terbentuk dari sel-sel mesenkim. Proses pembentukan tulang terjadi terus menerus dan mengakibatkan bertambah besarnya ukuran tulang. Sel yang berperan dalam proses pembentukan tulang adalah osteoblas dan osteoklas. Osteoblas merupakan sel pembentuk tulang keras yang berada di dalam tulang rawan. Osteoblas mengisi jaringan disekelilingnya dengan membentuk sel-sel tulang secara konsentris. . Setiap sel-sel tulang akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers. Kemudian, di sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang yang akan mengeras karena adanya garam kapur dan garam fosfat. Didalam tulang, terdapat osteoklas yang berfungsi untuk menyerap kembali sel tulang yang sudah rusak. Osteoklas membuat tulang memiliki rongga, yang kemudian diisi dengan sumsum tulang. Adanya aktivitas sel osteoklas menyebabkan tulang memiliki rongga. Rongga ini kelak akan berisi sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga dan osteoblas membentuk osteosit baru ke arah permukaan luar,membuat tulang menjadi membesar dan berongga. Proses pembentukan tulang terjadi dalam dua tahap. Proses pertama, disebut osifikasi intramembran. Proses ini terjadi ketika membran menyerabut digantikan oleh jaringan tulang. Osifikasi intramembran hanya terjadi hanya pada tulang pipih tertentu, diringkas dalam dua langkah dasar, yaitu Tulang spons mulai berkembang di pusat osifikasi, yakni tempat-tempat di dalam membran. Sumsum tulang merah terbentuk di dalam jaringan tulang spons, kemudian diikuti dengan pembentukan tulang padat di bagian luarnya. Proses pembentukan tulang kedua, disebut osifikasi endokondrium. Proses ini terjadi pada saat tulang rawan hilang dan digantikan oleh jaringan tulang. Osifikasi endokondrium terjadi pada sebagian besar tulang-tulang tubuh. Langkah-langkah osifikasi endokondrium adalah sebagai berikut Pada pusat osifikasi primer, tulang rawan hialin pecah, membentuk rongga. Kuncup periosteum yang terdiri atas osteoblas, osteoklas, sumsum merah, saraf, serta pembuluh darah limfa, memasuki rongga. Osteoblas menghasilkan jaringan tulang spons. Osteoklas memecahkan jaringan tulang spons yang baru terbentuk, kemudian membentuk rongga medula . Rongga medula akan semakin membesar ketika mengikuti penyebaran pusat osifikasi primer ke bagian ujung tulang. Tulang rawan akan digantikan jaringan tulang padat di bagian luar tulang. Pusat osifikasi sekunder terbentuk di epifisis di dalam tulang panjang. Kuncup periosteum terbentuk, akan tetapi jaringan tulang spons yang nantinya berkembang tidak digantikan oleh rongga medula. Tulang rawan yang tersisa di luar epifisis membentuk tulang rawan persendian. Tulang rawan yang tersisa di antara pusat perkembangan osifikasi primer dan sekunder yang membesar membentuk lempeng epifisis. Artikel Lainnya Pengertian Sintesis Protein dan Penjelasannya
saat perkembangan embrio rangka tubuh masih berupa tulang rawan